Minggu, 24 November 2013

Awal mula SID terbentuk


Bermarkas di Kuta Rock City. Beranggotakan 3 pemuda asal Bali berusia 20-an, baik hati, bijak bestari, tepo seliro, dan jarang sembahyang, yaitu: Bobby Cool (beer drinker, lead vocal, guitar, well-known as "The Bastard Child of Fat Mike" since his voice sounds pretty similar with that NOFX frontman), Eka Rock (beer drinker, bass, backing vocal, warm smilin' Rock 'N Roll bandman), Jerinx (hairwax junkie, drum, beer drinkin' Rock'N Roll prince charming).

Nama tendensius Superman Is Dead (SID) dicomot dari Stone Temple Pilot's "Superman Silvergun". Namun karena dianggap miskin konotasi, zonder rasa bersalah secara sewenang-wenang nama tersebut lalu diganti menjadi "Superman Is Dead" - yang seenak udelnya dimaknai sebagai: tak ada manusia yang sempurna.

Pada mula kemunculan, akhir 95, SID pe...kat teracuni warna Green Day & NOFX. Seiring beringsutnya waktu, inspirasi musikal SID bergeser ke genre Punk 'N Roll a la Supersuckers, Living End & Social Distortion.


Imej yang frontal hendak ditonjolkan oleh SID ke publik, self-described as: "Blitzkrieg 3-chordsabilly Beer Punk Rock" (think raw energy of Ramones vs Living End meets Supersuckers + Sid Vicious' nihilism yet supersonicaly fueled with beer-soaked Rockabilly attitude… Ribet, kan? Horeee…) SID sendiri telah menerbitkan 3 indie album (Case 15 - thn 95; Superman Is Dead - thn 99; Bad, Bad, Bad - Maret 2002, berformat mini album - berisikan 6 lagu). Menuju pelebaran skala wilayah pencapaian publik, fajar 2003 SID - bekerjasama dengan Spills Record - merilis ulang "Bad, Bad, Bad" dalam bentuk single (4 lagu). Maret 2003, SID menandatangani kontrak dengan Sony Music Indonesia. Yang oh mengejutkan, Sony Music berbesar hati mempersilakan SID riang gembira terus bernyanyi dalam lirik mayoritas berbahasa Inggris. Tepatnya 70% Inggris, 30% Indonesia. Wow. Sony Music nekat (namun terukur)? Atau beranggapan sudah saatnya menancapkan jejak monumental? Atau semata capek/males/bosen/ngantuk dibombardir ewuh pakewuh etos adiluhung Punk Rock oleh kontingen big badass Balinese beer band bernama SID? Whoa... (Hey, whatever it is, the history of Indonesian Punk Rock has just begun. And miracles are real, mind you).

Kilas balik, pra-tragedi bom SID agresif diundang berkiprah di kafe-kafe internasional di seantero Kuta yang mana SID dipersilakan memuntahkan gubahan sendiri (baca: bukan sebagai cover band). Esensial dicatat, untuk skala lokal hal ini belum pernah terjadi sebelumnya di Bali. Di masa silam, legiun band yang beraksi di pub-pub di Kuta hanya diijinkan mengusung ciptaan orang lain an sich.

Popularitas SID perlahan kian menjulang ketika satu demi satu tembang SID - yang dominan berlirik Inggris - ultra frekuentif diputar di radio-radio lokal berpengaruh ya di Bali ya (melebar) ke Jawa >dus, percaya atau tidak, lagu-lagu SID malah telah gencar juga diperdengarkan di radio-radio di Australia, Swedia dan jazirah Skandinavia lainnya.

Langkah fenomenal SID bisa disebut dimulai pada Agustus 2002 saat menjadi band pembuka Hoobastank di Hard Rock Hotel, Kuta, Bali. Kemudian tengah September '02 SID duhai mencengangkan sukses mengobrak-abrik Senayan di acara Puma Street Games. Berlanjut Desember 02 SID digjaya meluluhlantakkan PL Fair. Berikutnya diwawancara oleh MTV Sky, M97 FM, Prambors, dsb, serta masif diekspos oleh hampir seluruh majalah remaja populer nasional. Di Hai edisi tahunan 2002-2003 - bersama Rocket Rockers - SID dimunculkan sebagai The Next Big Thing. Pun oleh MTV Trax SID dinobatkan sebagai band potensial 2003.

Epos Punk Rock paling mutakhir, SID telah merampungkan proses rekaman bersama Sony Music dengan judul album "Kuta Rock City" dan hingga minggu ke-3, um, telah terjual puluhan ribu kopi.
SID adalah band punk rock cinta lingkungan. Banyak single-nya yang menyampaikan suara alam yang tertindas. Mereka juga menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jerinx mengaku sudah empat tahun menolak tas plastik. Di rumah, dia memisahkan botol minuman untuk diberikan kepada pemulung.(puz/kkn)
hei u all..
smua outSIDers sluruh Indonesia !!
mari tunjukkan pada dunia bahwa outSIDers cinta damai !!
hentikan tindakan 'anarkis' kalian..
outSIDers bukanlah sebuah gerakan separatis, namun, sekumpulan anak2 muda yg beda dan 'berbahaya'.
Hentikan tindakan 'fanatisme' yang berlebihan, karena itu akan membunuhmu, mari kita buat Bobby, Eka, dan Jerinx bangga dengan para outSIDers..
cheerz..
outSIDer brasaL dari kata "outside" yg berarti sisi luar , kami yg seLama ini di pandang orang dari sisi Luar kmi ,urakan dan segaLa asumsi buruk tentang kami kami tak peduLi dgn semuanya , kami akan tetap hidup dengan jaLan hidup dan piLihan hidup kami masing - masing , berbekaL keberanian , semangat , kekuatan , cinta kami bersama. cinta itu bisa membunuh dan cinta juga bisa menyelamatkan kita bersama jika kita percaya. Tetap percaya dengan apa yang kita punya untuk selalu menjadi jati diri kita masing-masing namun tetap bersatu di buana bumi pertiwi.

Yamaha RX King Legenda Sport 2 Tak

Yamaha RX King merupakan salah satu legenda motor sport 2 tak Yamaha yang paling sukses. Pernah booming antara tahun 80an hingga 90an akhir. Selain larinya yang cukup kencang, bodi RX King saat itu dianggap mewakili jiwa muda, keren dan gagah. Sempat mendapat julukan motor jambret karena saking cepat dan gaharnya mesin RX King, sehingga RX King sering digunakan sebagai motor pelaku tindak kejahatan.
Yamaha RX King 1983
Yamaha RX king tidak serta merta langsung hadir di Indonesia, tetapi melalui proses survey dan riset mulai dari Sumatera, Jawa dan beberapa daerah lainnya. Dari riset yang dilakukan oleh Motoaki Hyodo, Chikao Kimata, dan Nobuo Aoshima, diperoleh hasil bahwa mayoritas masyrakat Indonesia menginginkan motor sport yang gagah, irit, dan mempunyai kecepatan kekuatan mesin yang luar biasa. Dan akhirnya terciptalah Yamaha RX King.
Yamaha RX King pertama kali hadir di Indonesia tahun 1983, merupakan penyempurnaan dari Yamaha RX K, dengan penambahan YEIS (Yamaha Energy Induction System) yang membuat RX King lebih irit bahan bakar sekitar 15 persen. Selain itu Yamaha Computerized Lubrication System membuat RX King semakin bertenaga hingga 5000 Rpm.
Yamaha RX King 1996
Jika dirunut dari sejarahnya RX King ini dibagi dalam 3 generasi. Generasi awal Yamaha RX King atau yang biasa disebut King kobra, disebut kobra karena stangnya model seperti leher ular kobra yang saat itu lagi ngetrend. Model kobra ini diproduksi antara tahun 1983-1991, dengan dengan kode blok mesin Y1 dan Y2. Sedangkan generasi kedua biasa disebut King Master , dengan kode blok mesin Y1-74, konon y1-74 ini adalah produksi Yamaha pulogadung Jakarta. Model ini diproduksi antara tahun 1992 sampai 2001.
Sedangkan generasi ketiga disebut dengan New King, king generasi terakhir ini sudah memenuhi standart EURO jadi tidak mempunyai asap sebanyak pendahulunya. Selain itu desain bodi motor semakin modern dengan lampu bulat layak motor pendahulunya Yamaha RX 100 namun lebih modern modelnya mirip vixion lama.
Yamaha RX King 2002
Secara spesifikasi, RX king mempunyai mesin 2 langkah berkapasitas 132 cc dan berpendingin udara. Perbandingan kompresinya 6,9 : 1, dengan diameter silinder 58,0 mm dan stroke/langkah sepanjang 50 mm. Transmisi memiliki 5 percepatan dengan dibantu kopling manual basah dengan multiplat. Dan pengatur bahan bakar menggunakan Mikuni VM26. Untuk pengapian RX King sudah menggunakan CDI. Dengan dapur pacu seperti ini Yamaha RX King mempunyai tenaga maksimum 18,5 PS/9.000 RPM dan torsi puncak 1.54 KGF.M/8.000 RPM.
Panjang Yamaha RX King 1970 mm, lebar 735 mm, dan tinggi 1065 mm sedangka jarak sumbu roda mencapai 1245 mm. Menggunakan rangka Double Cradle, dengan kapasitas tangki mencapai 9,5 Liter. Berat kosong RX King cukup ringan untuk motor sport hanya 100 kg. sok depan menggunakan garpu teleskopik dan belakang double sokbreaker untuk menopang swing arm. Yamaha RX King ini menggunakan roda berdiameter 18 inch, dengan dibekap ban ukuran 2.75-18-4 PR untuk depan dan 3.00-18-4 PR untuk roda belakang. Untuk rem menggunakan cakram dengan caliper 2 piston, sedangkan rem belakang masih menggunakan rem tromol.
Yamaha New RX King Yamaha RX King Legenda Sport 2 Tak
Yamaha New RX King
Dan sayangnya Yamaha menghentikan produksi Yamaha RX King pada Februari 2009. Dan Yamaha mengklaim Yamaha Vixion adalah penerus dari Yamaha RX King meskipun banyak perbedaan yang cukup kontras.

Superman Is Dead gugah kepedulian bangsa lewat lagu

Siapa yang menyangka bahwa banyak hal yang sederhana ternyata memiliki arti mendalam dan hal-hal besar bisa begitu sederhana untuk disampaikan. Itulah yang tergambar dari kunjungan pentolan band punk rock, Superman is Dead (SID) Jerinx yang bertandang ke markas KapanLagi.com® di kawasan Kuningan Jakarta Selatan pada kamis(18/7) siang.
Pria yang punya nama asli I Gede Ary Astina bercerita banyak tentang single terbaru mereka Jadilah Legenda. Menurutnya ini merupakan sesuatu yang baru dilakukan dirinya dengan SID.
"Buat saya ini adalah sesuatu yang baru banget dilakukan SID. Single ini sebenarnya menceritakan bahwa kita harus bangga menjadi anak Indonesia, karena begitu banyak kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia dan gak itu saja, kita harus mengabdi kepada nusa dan bangsa," ujarnya.

Dari lagu tersebut SID ingin menyampaikan sebuah pesan kepada semua orang untuk peduli akan kekayaan di negara ini. Baginya hal ini sangat perlu untuk membuat khususnya generasi muda tergugah.
"Kita mau tularkan, sebarkan, dan menggugah kembali betapa kayanya negeri ini. Betapa beragam, dan indahnya negeri ini dan betapa besarnya Indonesia kita ini. Sayang banget yah kalau bila hal-hal itu kok sepertinya kurang di sadari. Padahal hal-hal itu tadi adalah hal utama yang patut kita syukuri, kita jaga, dan kita nikmati sebagai anak bangsa bukan hanya sekelompok atau segelintir kecil orang saja," tukasnya.

Superman Is Dead Siap Luncurkan Album 'The Best'

Rampung merilis "Angels & the Outsiders" pada 2009, (SID) berencana meluncurkan album "The Best". Di album terbarunya nanti, grup band punk rock asal Bali tersebut akan mempersembahkan beberapa lagu andalan mereka yang pernah dibawakan sejak 2007 sampai 2009.

Sampai saat ini proses penggarapannya masih dalam tahap pengumpulan materi lagu. Rencananya, album yang memuat lagu-lagu pilihan tersebut akan dikemas dalam format kepingan hitam.

"Sekarang masih proses pengumpulan materi," ujar drummer Jerinx tentang penggarapan album baru SID. "Tinggal kurang beberapa materi saja."

Butuh waktu yang cukup lama bagi Bobby Kool (vokal dan gitar), Eka Rock (bass) dan Jerinx (drum) untuk bisa mengumpulkan materi lagu-lagunya. Di album "The Best" ini, mereka ingin mempersembahkan karya musik yang benar-benar mewakili perjuangan mereka sejak mengawali karir di industri musik tanah air.

"Untuk sementara, kita masih mempersiapkan kepingan hitam 'The Best' dulu," imbuh penggebuk drum bernama asli I Gede Ari Astina tersebut. "Kumpulan lagu 'The Best' ini, kita carikan yang paling mewakili suara kita."

Superman Is Dead mengawali karir mereka di dunia musik Indonesia sejak 1995. Sebagian besar lagu-lagu mereka bergenre punk dan rock. Sampai saat ini, grup band pelantun "Kuat Kita Bersinar" tersebut telah memiliki empat album yang dirilis bersama label Sony-BMG Music Entertainment Indonesia, tiga album rilisan sendiri dan tiga album kompilasi.

BUKAN PAHLAWAN

Mereka belum mati, mereka kembali! Mereka tetap bernyali untuk tegak berdiri walau Bali diluluhlantakkan dua kali. Kisah band punk rock terbesar di Indonesia yang berjuang mengembalikan surga dewata dari neraka tragedi.

1 Oktober 2005 menjelang pukul 19:00 WITA. Eka Rock, pemain bas Superman Is Dead tengah sibuk mendandani anaknya, Romeo Rockavanka. Sabtu malam itu ia bermaksud
mengajak putranya yang berusia tiga tahun ke Pantai Kuta untuk menyaksikan konser ayahnya sekaligus refreshing. Romeo memang senang menonton konser dan bermain di atas pasir pantai. Siang hari ia seperti sudah mempersiapkan segalanya. Tidur siang yang cukup dan sedikit bicara. Terkesan ia hendak menghabiskan seluruh energinya di pantai pada malam harinya.

Sejam menjelang berangkat ke venue tiba-tiba sebuah SMS masuk ke ponsel Eka. "Jadi main gak? Kuta ada bom, gak ada yang berani keluar di Kuta. Metro TV, please." Pesan tersebut dikirim Dodix, road managerSuperman Is Dead. Eka yang terkejut segera menjawab SMS tersebut namun kerap kali gagal terkirim. Metro TV menyiarkan berita tentang pengeboman di Kuta Square dan Jimbaran. Diperkirakan ratusan orang tewas dan ribuan menjadi korban mengingat saat itu adalah malam libur. Trauma tragedi tiga tahun sebelumnya menerjang Eka yang segera saja dilanda kekalutan. Padahal jarak rumahnya dengan TKP sekitar sepuluh kilometer jauhnya. Ia cemas akan nasib kawan-kawannya disana, khususnya Jerinx, drummer Superman Is Dead yang memang bertempat tinggal di Kuta. Berkali-kali ia menghubungi semua kawan-kawannya di band via ponsel namun selalu gagal karena jaringan telepon luar biasa sibuknya saat itu.

Menjelang pukul sepuluh malam Eka mendapat kabar dari Dodix bahwa konser yang telah berlangsung sejak pukul tiga sore itu seketika dihentikan dan ia memperingati Eka untuk tetap “stay at home.” Satu persatu kru dan personel Superman Is Dead yang lain kemudian bisa ia hubungi. Semua baik-baik saja, kecuali Jerinx yang dikabarkan sibuk mencari Cathy, pacarnya, yang pada waktu kejadian dikabarkan tengah berada di Kuta Square.
Esok harinya Jerinx bercerita kepada Eka bahwa dirinya sempat menerobos police line di TKP dengan dalih mencari saudaranya yang terkena ledakan. Belakangan diperoleh kabar ketika pengeboman berlangsung kebetulan Cathy telah meninggalkan TKP dengan menggunakan taksi dan meninggalkan mobilnya disana. Akhirnya keterangan resmi pemerintah menyebutkan 25 orang tewas dan 196 orang mengalami luka-luka karena ledakan bom di dua TKP tadi. Setengah tiang kembali berkibar di pulau dewata.

* * *

Lebih dari setengah tahun berlalu sejak sekuel Bom Bali tersebut, hampir semua orang yang tinggal di pulau Bali kini dilanda trauma yang mendalam. Jika ada pengeboman pertama dan kedua, maka sangat mungkin terjadi pengeboman yang ketiga. Tiada yang tahu kapan. “Bukan cuma orang Bali, seluruh manusia yang hidup diBali sekarang pasti cemas dan berpikir seperti itu. Besar sekali paranoidnya,” ujar Jerinx lirih ketika saya bertemu mereka pada sebuah sore cerah di kafe bernuansa klasik di Kuta belum lama ini.

“Karena saya hidup disana jadi energinya saya rasakan setiap hari. Energi ketakutan, rasa cemas itu setiap hari nggak pernah hilang sampai akhirnya untuk pelarian kami jadi mabuk terus. Daripada stres mending minum. Karena kalau udah mabuk, mau keluar kemana pun akhirnya nggak terlalu mikir, kan? Kalau mati ya matilah,” tukas drummer pemegang rekor tato terbanyak di S.I.D tersebut seraya mereguk segelas San Miguel. Nada bicaranya yang sangat tenang tetap tak mampu menyembunyikan amarahnya atas tragedi tersebut.

“Saya merasakan sendiri kehilangan teman-teman akibat peristiwa itu. Banyak sekali teman saya yang menjadi korban,” ujar Jerinx tertunduk sedih. Eka yang duduk persis di samping saya menambahkan bahwa setelah bom kedua, terjadi ledakan pengangguran besar-besaran di Bali karena banyak perusahaan yang bangkrut akibat bisnis kian memburuk. Pulau Bali yang sebagian besar perekonomiannya digerakkan oleh roda pariwisata memang terlihat masih sepi turis hingga saat ini.

Jerinx lantas bercerita tentang seorang temannya yang bekerja di sebuah restoran kecil di kawasan Kuta. “Gajinya setiap bulan lima ratus ribu rupiah. Punya anak, punya istri dan lagi mencicil motor. Gara-gara bom dia dipecat karena restorannya bangkrut dan sekarang akhirnya dia jadi preman yang nggak jelas. Hal-hal seperti itu sekarang nggak hanya dialami satu orang saja di Bali, banyak sekali. Itu buat saya mempengaruhi banget pemikiran saya. Mau dibawa kemana Bali ini lama kelamaan?”

Menurut analisa Rudolf Dethu, personal manager Superman Is Dead, jika pada Bom Bali pertama ribuan turis kemudian bersimpati dengan berbondong-bondong datang ke Bali menghabiskan uang mereka untuk ikut membantu pemulihan ekonomi, maka untuk Bom Bali kedua mereka justru menjauhi pulau dewata karena takut sial menjadi korban jika ada pengeboman berikutnya.

Di tengah situasi Bali yang masih lesu, awal Mei lalu Superman Is Dead justru merilis album terbaru mereka yang bertitel Black Market Love. Album ketiga mereka bersama major label Sony BMG Indonesia ini memang terdengar sangat berbeda dari dua album terdahulu. Lebih bersemangat, bagaikan guyuran bensin di lautan api. Empat belas lagu di dalamnya tak hanya terekam di pita magnetik ataupun cakram padat, lebih jauh lagi album ini merupakan rekaman semua peristiwa memilukan yang mereka alami beberapa tahun belakangan di Bali serta selama menggelar tur konser keliling Indonesia. Black Market Love selain memiliki komposisi yang jauh lebih variatif dari dua album terdahulu juga pekat mencerminkan kondisi psikologis para personel Superman Is Dead. Sebuah album terbaik mereka hingga saat ini yang meledak-ledak dalam kesedihan.

“Black Market Love bisa dibilang pendewasaan kami secara musikal, ada peningkatan,” tukas Jerinx. Ia menjelaskan eksplorasi Superman Is Dead di album ini lebih luas dan referensi untuk album ini bukan hanya dari punk rock melainkan juga dari musik latin hingga masuknya instrumen-instrumen tambahan seperti piano, organ, biola hingga akordeon. “Kami juga dipengaruhi unsur-unsur musik yang baru bagi kami. Seperti hardcore pada lagu ‘Citra OD’ atau ska pada lagu ‘Anger INC.’ Kami bertiga sekarang benar-benar bernyanyi disini. Eka nyanyi, saya juga dan Bobby udah pasti nyanyi [tertawa]. Album ini pokoknya benar-benar fresh dan baru buat kami,” tukas Jerinx antusias. Bobby Cool, gitaris-vokalis S.I.D yang dari tadi terdiam dengan cepat menambahkan, “Memang album ini agak ribet sedikit, soalnya memakai ini, itu dan banyak additional juga sewaktu rekaman kemarin.”

Album yang de facto merupakan karya keenam sepanjang sebelas tahun band ini berdiri juga sarat kolaborasi. Mereka mengajak Dadang (gitaris Navicula) dan Sari (vokalis Nymphea) di nomor “Lady Rose,” Leo gitaris Suicidal Sinatra di semi-balada country “Goodbye Whiskey”, Fahmi peniup terompet Devildice di lagu “Menginjak Neraka”, Prima vokalis band politikal Geek’s Smile di nomor “Citra O.D.” hingga permainan organ sahabat kecil mereka Philipus di single pertama “Bukan Pahlawan.” Memang bukan sebuah kolaborasi yang bertaburan bintang-bintang rock papan atas negeri ini. Sekadar teman-teman dekat Superman Is Dead yang sangat mereka kagumi.

“Saya kenal secara pribadi dengan mereka semua dan menyukai band mereka masing-masing. Kami pingin keluar dari stigma kalau band berkolaborasi harus ngajak artis yang sudah ngetop. Misalnya seperti Slank mengajak Rhoma Irama atau Iwan Fals,” jelas Jerinx lagi. Sambil tertawa Bobby pun ikut menimpali, “Kalau Superman Is Dead mungkin ingin mengajak Inul.”

Bobby sedang tidak bercanda, ia juga menjelaskan bahwa di album baru ini lagu mereka yang berjudul “Kita Vs Mereka” itu terinspirasi dari rentetan tekanan yang menimpa penyanyi dangdut Inul Daratista. “Kayaknya kisah dia itu mirip dengan apa yang kami alami. Dari nol sampai seperti sekarang ini terkenal tapi sekaligus ditindas,” tukas Bobby simpatik.

Jerinx pun dengan semangat menambahkan, “Dia kan anak kampung yang mencoba hidup di Jakarta dan melakukan sesuatu yang berbeda. Orangnya kayaknya jujur banget, humble. Kami simpati dengannya dan nggak memandang dia itu penyanyi dangdut atau bukan, pokoknya secara personality kami respek dengan dia. Inul kami lihat sebagai ikon orang yang diinjak-injak. Saya yakin di Indonesia banyak orang yang seperti Inul, ingin melakukan sesuatu yang berbeda tapi dijajah.”

Perubahan yang dialami Superman Is Dead era Black Market Love memang terbilang radikal. Hal tersebut dapat diamati langsung dari pemilihan tema lagu, imej band hingga makin banyaknya penggunaan lirik Indonesiayang dulu sempat mereka hindari. Ketika saya tanya apa yang dimaksud dengan Black Market Love dengan cekatan Jerinx menjawabnya, “Black Market Love adalah kecintaan kami pada hal-hal yang dianggap salah oleh kaum-kaum fasis.”
Kurang jelas siapa yang dimaksud Jerinx dengan “kaum fasis,” yang pasti ia hanya berpendapat bahwa kaum fasis ini selalu berpikir Bali adalah tempat maksiat sehingga layak dibom. “Saya kemudian berpikir, ‘Man, saya lahir, hidup dan dibesarkan disini, saya berhak mengungkapkan semua ini,’” ujar Jerinx.

“Yang kami tahu Bali justru bukan daerah yang paling bejad di Indonesia. Jadi kalau dibilang sentral maksiat itu dasarnya apa? Sementara di daerah lain prostitusi juga banyak, hampir semua daerah ada tempat prostitusinya. Akhirnya lama kelamaan kami berpikir kalau mereka memang benci sama kaum minoritas aja sebenarnya, karena kami berbeda dengan mereka,” tukas Jerinx seraya ditambahkan oleh Bobby, “Padahal itu sebenarnya cuma masalah kepentingan saja.”

Mengenai perubahan imej band yang bergeser dari glam-punk menjadi working-class-punk seperti terlihat di cover album mereka, menurut Bobby, sebenarnya telah mereka lakukan sejak album kedua, The Hangover Decade yang beredar Desember 2004. “Itu bentuk perbauran kami dengan lingkungan, jadi lebih enak,” ujar Bobby. Sedangkan menurut Jerinx jika dilihat dari sejarahnya, punk rock itu memang berasal dari bawah. Musik orang jalanan, musik orang yang kalah. “Jadi kami mencoba untuk back to basic,” tukasnya.

“Dulu kami buta banget tentang scene punk rock di Indonesia. Yang kami tahu cuma Bali aja. Dan punk rock di Bali ketika itu sedikit banget dan kami termasuk salah satu yang pertama, jadi kami nggak punya panutanlah. Bingung. Sementara role model kami band-band barat yang lifestyle mereka kalau mau diterapkan di Indonesia susah,” cerita drummer vegetarian ini lagi.
Dethu yang memiliki kontribusi cukup besar atas masuknya pengaruh glam ke Superman Is Dead akhirnya angkat bicara. “Apakah sebuah tindakan yang salah bagi S.I.D untuk menjadi glam? Oh, tidak. Itu bagian dari proses, karena itu asalnya dari apa yang mereka lihat dan rasakan. Hal lainnya yang mempengaruhi perubahan ini adalah kondisi di Indonesia yang sebenarnya. Bom-bom di Bali yang kita alami sendiri, terorisme dan sebagainya.” Pria yang berada dibalik kesuksesan Superman Is Dead ini memiliki butik rock n’ roll bernama Suicide Glam yang memang manifesto desainnya bertumpu pada estetika glamour.

Jerinx berandai-andai bahwa jika Bali tempo hari damai dan tidak ada pengeboman maka kemungkinan besar bandnya masih tetap seperti dulu, pesta setiap hari dan glamour. “Bisa jadi, kita nggak bakal pernah tahukan?”
Menurutnya lagi, perubahan imej yang terjadi dibandnya memang lebih dikarenakan perbenturan mereka dengan kenyataan obyektif di berbagai daerah di Indonesia saat menggelar tur konser. “Waktu pertama kali kami ngerilis Kuta Rock City kan masih jarang keliling Indonesia. Saat itu kami masih berpikir Bali-minded. Jadi santai bisa pesta setiap hari. Ternyata setelah kami keliling Indonesia kami mendapati kalau Indonesia itu hancur. Ternyata penonton konser kami masih banyak yang pakai sandal jepit dan banyak yang nggak bisa beli tiket yang harganya hanya lima ribu rupiah, hal-hal seperti itu.”

Jerinx mengaku sebelum tur keliling Indonesia sering menonton televisi tentang kondisi negara ini yang kian memburuk namun ia tak percaya dan menyangka semua itu adalah rekayasa media. “Saya pikir televisi ngasih lihat yang buruk-buruk aja, tapi ternyata memang benar, makin memburuk.”

Black Market Love bisa jadi merupakan album paling ambisius yang pernah diciptakan oleh Superman Is Dead mengingat tanggung jawab dan misi yang kini menjadi ‘manisfesto’ mereka. “Di album ini kami pingin fixed something, memperbaiki sesuatu yang kami anggap dan kami pikir masih bisa diperbaiki walau skalanya kecil,” jelas Jerinx. “Apa yang terjadi bila misi tersebut gagal tercapai?,” tanya saya penasaran. “Pokoknya kami berusaha sekuat tenaga untuk memperbaikinya, walaupun nanti hasilnya kecil tidak masalah, yang penting kami sudah berusaha,” tukas Jerinx dengan nada bicara meninggi.

Dethu kemudian coba menengahi, “Mungkin bisa diterjemahkan juga kalau mereka memiliki misi di Black Market Love ini salah satunya bahwa terorisme yang terjadi disebabkan karena kebodohan dan tingkat pendidikan masyarakat yang kurang memadai. Anak-anak ingin punya kontribusi – paling tidak terhadap lingkungan terdekat mereka.”

Drummer pengagum berat Mike Ness, gembong Social Distortion ini
melanjutkan bahwa setelah Superman Is Dead diberikan anugerah hingga menjadi band yang “lumayan gede” ia merasa memiliki tanggungjawab kepada masyarakat. “Caranya dengan memanfaatkan posisi kami itu untuk kepentingan masyarakat. Jadi bukan sekadar main band untuk memperkaya diri atau supaya kelihatan keren, bukan itu. Kami pingin juga kasih sesuatu buat orang-orang yang selama ini sering menolong kami.”
“Oke, kalian kan sudah keren, bagaimana kalau kalian kaya dari musik?,” iseng saya bertanya. “Bagus,” jawab Jerinx lugas. “Kami soalnya bosen banget miskin,” ujar Bobby sambil tertawa. “Tadi katanya ngeband bukan untuk memperkaya diri?” tanya saya lagi. “Maksudnya, tujuan utamanya bukan untuk itu. Ada beberapa tujuan dan kami ingin itu seimbang, balanced,” ujar Jerinx.
“Kalau begitu, apa tujuannya?,” kembali saya bertanya. “Agar pendengar lebih mendengarkan musik kami,” jawab Bobby. “Kami ingin memberi motivasi, harapan dan knowledge. kami ingin orang-orang yang mendengar musik kami –mereka yang merasa kalah dan terjajah – semoga mereka berpikir kalau mereka tidak sendiri dan ketika mendengar musik S.I.D mereka jadi lebih percaya diri,” tukas Jerinx bertubi-tubi.

Belakangan saya mengetahui dari Dethu bahwa Superman Is Dead secara informal ikut menjadi Duta untuk Pengurangan Sampah Plastik yang merupakan program LSM bernama CLEAN UP Bali Foundation. Jerinx sendiri bahkan menghabiskan puluhan juta rupiah royalti yang didapatnya dari album pertama untuk membangun kembali Twice, bar miliknya [dalam kompleks The Maximum Rock N’ Roll Monarchy] di Gang Poppies II, Kuta, agar scene musik di Bali bisa lebih berkembang dan band-band sejenis tidak kesulitan mencarivenue manggung.

Jerinx sering terlihat mengorganisir sendiri gigs di tempatnya ini dan bahkan menjadi MC acaranya. Ia kini disibukkan pula mengelola indie label Lonely King Records yang di antaranya merilis album milik Suicidal Sinatra, The Dissland, The Brews hingga Devildice. Sementara Bobby menggunakan royaltinya dengan membangun studio rekaman bernama Electrohell bersama surfer terkenal Rizal Tanjung. Sedangkan Eka selain menjadi webmaster juga sibuk mengelola bisnis licensed merchandise untuk band-band lokal Bali.

Apapun yang mereka lakukan sekarang, mereka selalu berupaya memberikan kontribusi untuk membangun scene musik lokal disana. Kini Bali akhirnya dikenal secara luas sebagai kota yang memiliki band-band rock berbahaya dan layak diperhitungkan. “Bisa dibilang kami bangga. Senang. Kami merasa, ‘Man, at least we do something,’” ujar Jerinx, “Salah satu misi kami bisa dibilang sudah tercapai. Wanna give it back to the music. Selama ini kan kami take, sekarang sudah saatnya kami give something. Jadi regenerasi berjalanlah.”

Membangun scene musik di Bali ternyata jauh lebih menarik bagi mereka dibanding harus hijrah ke Jakarta yang notabene merupakan pusat industri musik nasional. Walaupun untuk ini taruhannya nama besar mereka belakangan sempat meredup. “Kami bisa dibilang melawan sentralisasi di Indonesia. Kami kadang berpikir kenapa artis-artis Jakarta selalu diundang ke daerah sementara mereka jarang mengundang artis daerah ke tempat mereka. Kenapa? Memang just because you lived in a big city maka jadi lebih hebat? Kan belum tentu juga. Kami ingin menunjukan secara nggak langsung supaya orang nggak terlalu berpikiran, ‘Wah, kalau nggak dari Jakarta nggak keren.’”

* * *

Romeo Rockavanka malam ini cukup menyita perhatian saya. Dengan long sleeve hitam Superman Is Dead yang dikenakannya anak kecil itu tampak bangga berdiri di bibir panggung saat menyaksikan ayahnya manggung. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. Yang pasti sepanjang konser Superman Is Dead di PlanetHollywood Bali tersebut ia sesekali tampak bergumam dan mengepalkan tangannya ke udara sementara di kanan-kirinya lingkaran mosh bergejolak liar terkendali. Sebuah band punk/hardcore asal Inggris, 7 Crowns yang baru saja menuntaskan turnya di Indonesia sebelumnya juga tampil menjadi band pembuka. Sekitar seribu orang tampak memadati venue mewah tersebut untuk berpesta sepanjang malam menjelang rilisnya album Black Market Love.

Memang tak hanya Romeo yang bangga melihat ayahnya manggung, boleh dibilang seluruh anak muda Bali sangat bangga dengan Superman Is Dead. Band ini adalah putra daerah Bali pertama yang berhasil dikontrak label rekaman besar ibukota sekaligus merupakan band punk rock pertama Indonesia yang direkrut major label. Mereka berhasil meletakkan Pulau Bali di peta musik nasional. Sebelum Superman Is Dead tak ada label rekaman bahkan tak banyak orang yang tahu seperti apa kiprah band-band asal pulau dewata ini.

Berangkat dengan nama band Superman Silvergun yang diambil dari judul lagu Stone Temple Pilots pada tahun 1995, Jerinx (drums) dan Bobby Cool (gitar/vocal) lantas mengganti nama band mereka menjadi Superman Is Dead beberapa saat setelah Eka Rock bergabung menjadi bassist mereka. Awalnya mereka manggung membawakan lagu-lagu Green Day di atas panggung. Tahun 1997 mereka merilis album debut indie mereka yang bertitel Case 15 yang laku sebanyak 400 keping.

Tahun 2000 Superman Is Dead resmi memiliki manajer Rudolf Dethu, seorang mantan pelayar internasional yang di awal 90-an sering merekamkan kaset-kaset kompilasi punk rock/hardcore bagi teman-temannya di Bali. Orang inilah yang kemudian berperan sangat signifikan dalam kemajuan karir mereka. Akhir tahun 2002 mereka sempat merilis ulang ep Bad, Bad, Bad dibawah indie label Bandung Spills Records dan berhasil making a great buzz di lingkungan industri musik nasional. Pada tanggal 22 Januari 2003 band ini akhirnya resmi teken kontrak 6 album dengan Sony Music Entertainment Indonesia [saat itu].
Jan N. Djuhana, Senior A&R Director Sony BMG Indonesia, via telepon mengungkapkan kepada saya bahwa ia tertarik mengontrak band ini setelah mendengar demo mereka. Selain itu karena mereka datang dari Bali dan tengah menjadi buah bibir dimana-mana. “Kami sebelumnya belum punya band asal Bali dan mesti expand ke Bali,” ujarnya.

Pria yang biasa disapa “Pak Jan” dan dikenal pernah membesarkan band-band seperti Dewa, /rif, Padi, Sheila On 7 hingga Cokelat ini bahkan menyempatkan diri terbang ke Bali tanpa asisten, khusus untuk bertemu Superman Is Dead. “Biasanya sih memang kami lakukan hal semacam itu. Dengan /rif dulu juga begitu, kami datang ke konser mereka di O’Hara Bandung. Kami harus membuktikan juga benar atau tidaknya mereka menjadi idola Kota Kembang atau Pulau Bali,” kata Pak Jan. Belakangan Sony kemudian sempat mengontrak pula band asal Bali lainnya, Navicula.

Kuta Rock City yang rilis bulan Mei 2003 dalam waktu singkat “booming” dan menjadi incaran anak-anak muda di seluruh Indonesia. Angka penjualannya bahkan fenomenal untuk ukuran pasar musik baru. Menurut Pak Jan, album tersebut ludes terjual hingga 200.000 keping dan masih bertambah terus hingga sekarang. “Luar biasa, karena kami nggak sangka musik punk itu cukup memasyarakat juga di Indonesia,” ujar Pak Jan ketika ditanya komentarnya mengenai larisnya Kuta Rock City. Album berikutnya The Hangover Decade menurut Sony BMG Indonesia masih laku hingga 65.000 keping.

Untuk album Black Market Love ini Pak Jan menargetkan penjualannya diharapkan bisa mencapai predikat gold yaitu 75.000 keping. “Pasar sekarang agak lesu, tahun ini dari pengambilan stiker PPN di ASIRI sampai bulan Maret 2006 penjualan turun hingga diatas 40% dibandingkan tahun lalu. Sangat memprihatinkan juga keadaannya,” tukasnya prihatin.
Berkat album Kuta Rock City nama Superman Is Dead kian menjulang tinggi di scene musik nasional. Mereka kemudian sempat menyabet penghargaan sebagai artis “Pendatang Baru Terbaik” dari Anugerah Musik Indonesia (AMI) Awards 2003. Berikutnya pada ajang Penghargaan MTV Indonesia 2003 yang digelar bulan September di Jakarta, Superman Is Dead juga berhasil meraih penghargaan sebagai “Most Favorite New Artist.”
Uniknya di kedua acara penghargaan industri musik yang paling bergengsi di Indonesia tersebut para personel Superman Is Dead justru absen. Menurut Jerinx, saat itu mereka masih canggung dengan besarnya exposure yang tiba-tiba menimpa mereka dan sekaligus ini berbenturan pula dengan idealisme mereka pada saat itu. “Sekarang ini kami santai aja dengan hal-hal seperti itu, walau sebenarnya tidak terlalu signifikan juga bagi karir band ini,” ujar Jerinx via ponsel.

Masih lekat diingatan saya ketika menyaksikan Superman Is Dead tampil dihadapan lebih dari 30.000 orang penonton yang menyaksikan festival musik MTV 3Some pada bulan Juli 2003 di Senayan yang sukses membuat “jiper” band-band besar yang tampil karena sebagian besar penonton justru memanggil nama Superman Is Dead sejak siang hari. Gilanya lagi, band headliner asal Selandia Baru, Blindspott akhirnya ditinggal pulang sebagian besar penonton setelah Superman Is Dead menuntaskan konsernya.

Diluar angka penjualan album yang fenomenal untuk ukuran band yang dibesarkan di jalur indie, apa yang telah dicapai Superman Is Dead jelas membuka mata industri musik nasional terhadap kiprah band-band independen. Label-label rekaman besarpun akhirnya tak bisa lagi menyepelekan potensi pasar dari band-band amatiran seperti ini. Pasar musik mereka ditengah lesunya industri musik malah makin berkembang besar dan potensial. Sebuah perubahan yang menyegarkan telah digelontorkan di industri musik Indonesia.

* * *
Jika ada kontes untuk band yang paling intens menerima resistensi, mungkin Superman Is Dead juaranya. Tak lama setelah teken kontrak dengan major label Sony Music Entertainment Indonesia [kini Sony BMG] datanglah secara bertubi-tubi tekanan, fitnah dan umpatan bagi mereka. Paham yang beredar di scene punk rock memang masih mengharamkan sebuah band punk teken kontrak dengan major label pada saat itu. Serangan pertama terhadap Superman Is Dead terjadi di Surabaya pada tahun 2003 dalam acara Volcom Skate Jam-O-Rama. Saat itu menjelang rilisnya album Kuta Rock City.

“Kami datang ke venue untuk melakukan soundcheck dan saat itu semua baik-baik saja, nggak ada tanda-tanda permusuhan,” cerita Jerinx. Menurutnya tanda-tanda permusuhan justru dirasakan beberapa saat sebelum konser ketika di belakang panggung semua orang menatap mereka dingin. “Dari sana kami mulai mengendus ada sesuatu yang nggak beres. Kami langsung berpikir ini pasti ada hubungannya dengan kontrak major label,” kenang Jerinx lagi.
Ketika mereka konser dan baru memainkan setengah lagu tiba-tiba tersembur keluarlah caci maki dari arah penonton yang menyebut mereka sebagai band rasis. Tak hanya caci maki, gempuran dari oknum-oknum penonton juga berbentuk lemparan rokok, air kencing, ember, batu dan sebagainya. “Itu terjadi hanya beberapa saat setelah kami naik ke atas panggung. Stage sendiri cuma setinggi satu meter. Ada sekitar 20 orang yang rusuh seperti itu,” ujar Bobby. Superman Is Dead sendiri lantas memutuskan untuk menghentikan pertunjukan dan hengkang dari venue karena suasana yang tidak kondusif lagi untuk menggelar konser.
Dari kota inilah kemudian berhembus isyu bahwa Superman Is Dead adalah band rasis, khususnya terhadap etnis Jawa. Jerinx mengungkapkan beragam versi beredar tentang isyu tersebut. “Ada yang bilang saya punya tato ‘Fuck Javanese’, sampul kaset Case 15 katanya ada tulisan itu, bahkan hingga di video klip ‘White Town’ katanya juga ada tulisan itu di tembok. Sampai kabar yang bilang kami pernah mukulin orang Surabaya di Bali, macam-macamlah,” cerita Jerinx sambil tertawa. “Benar-benar pembunuhan karakter,” timpal Bobby menyayangkan.

Dethu sendiri menggunakan logika sederhana saja dalam menanggapi isyu tersebut, “Jika S.I.D emang anti-Jawa kenapa mesti sengaja main di Surabaya? Bukankah itu bunuh diri namanya?” Ia juga menjelaskan bahwa The Maximum Rock N’ Roll Monarchy, markas mereka di Kuta adalah sebuah “melting pot,” tempat dimana orang dari segala macam ras, suku dan budaya sering menghabiskan waktu senggang mereka disana. “Kalau S.I.D punya sifat Xenophobic [anti orang asing, Red], ndak mungkin dong tempat hang out kami bisa sampai begitu ‘Bhineka Tunggal Ika.’” Belakangan isyu tersebut kemudian menyebar dari mulut ke mulut hingga ke berbagai pelosok nusantara dan menjadi mitos yang efektif meredam pergerakan band ini. Namun yang menggembirakan antara Superman Is Dead dengan scene Surabaya kini telah terjadi rekonsiliasi, ditandai dengan sering manggungnya mereka di kota pahlawan tersebut.
Resistensi berikutnya yang mereka terima dari luar Bali justru datang tak lama setelah mereka merilis album Kuta Rock City bulan Mei 2003. Ketika itu Superman Is Dead mendapat undangan untuk tampil di kampus USU Medan. Sebelum band ini mendarat, sebagian punk rocker lokal yang kontra dengan Superman Is Dead sempat menyebarluaskan propaganda dalam bentuk selebaran yang berjudul “Menjadi rockstar adalah hal biasa sedangkan menjadi punk rock star adalah sebuah pengkhianatan”.
Di acara gratisan yang dihadiri sekitar 5.000 orang penonton tersebut Superman Is Dead sempat memainkan 8 lagu dengan penuh perjuangan karena mesti menghindari misil yang berupa botol, toples, batu, bambu, air got dan sebagainya. Ade Putri, road manager S.I.D untuk di luar Bali akhirnya terpaksa memberhentikan konser mereka karena menurutnya sudah tidak kondusif lagi suasananya. “Sampai ada satu anak laki yang berdiri di barikade besi, membuka celananya dan onani di depan mata anak-anak yang lagi manggung,” kenang Ade Putri.

Hanya selang sehari, keesokan harinya konser mereka di UPN Jogja yang disaksikan ribuan penonton juga mendapat perlawanan yang keras pula. Sebelumnya spanduk dan poster-poster promosi konser mereka di sana disabotase. Ketika konser baru berjalan dua lagu, tiba-tiba ada seseorang yang berlagak pingsan kemudian digotong ke atas panggung untuk diselamatkan. Ternyata orang ini kemudian malah mengambil kesempatan untuk memukul Bobby dari belakang. “Pukulannya kena tapi nggak terasa, cuma lewat aja,” kenang Bobby. “Malah dia yang hancur, dilempar gitar sama Bobby,” ujar Jerinx sambil tertawa.

Eka pun ikut menimpali, “Mulutnya kena cium sepatu Underground Shoes biru Dethu tuh [tertawa].” “Setelah itu skornya 1-1,” kata Dethu ikut tertawa. Setelah insiden itu konser sempat dihentikan sesaat dan seusai konsolidasi dilakukan mereka pun menggelontorkan set panjang sebanyak 26 lagu tanpa hambatan yang berarti. “ Tadinya polisi sempat bilang ke kami kalau mereka nggak berani ambil resiko tapi kami tetap main saja dengan kondisi lampu di venue menyala,” cerita Eka.

Dengan nada bergurau Jerinx berkomentar, “Kami yakin di Indonesia belum pernah ada band yang merasakan pengalaman sekeras kami ini. Menurut kami itulah punk rock, benar-benar struggle. Jadi kalau band kalian belum pernah digituin berarti bukan punk rock.”

Dari semua resistensi yang dilancarkan pihak yang kontra dengan bandnya, Jerinx kini merasa para personel Superman Is Dead makin kebal dan lebih aware. “Ada pepatah bilang, jika ada sesuatu yang nggak membunuh kamu maka itu justru akan membuat dirimu menjadi lebih kuat. Kami sekarang lebih percaya diri!”

Jejak Sang Pelopor Band Bali

 
 
Made Bawa. Menyebut nama itu, kemungkinan besar orang bakal bengong, bingung siapa sosok tersebut. Tapi jika menyebut satu nama ini "LOLOT", maka publik khususnya di bali spontan akan terperanjat terhenyak terdiam kagum dan bangga.

Di Bali, tempatnya lahir dan dibesarkan, Lolot adalah legenda. Lebih tepat lagi: legenda hidup. Sebutan tersebut rasanya pantas disandangkan kepada pria asli Denpasar itu. Simak cermat statistik berikut: Lolot mampu menjual hingga 60.000—beberapa sumber malah menyebut 75.000—keping untuk album debutnya yang terbit pada bulan April 2003, Gumine Mangkin. Yang mencengangkan adalah bahwa karyanya ini seluruhnya berbahasa Bali serta jauh dari Oriental bin Melayu nan mendayu-dayu (tipikal musik Bali sejak era baheula hingga saat itu). Lolot dengan gagah berani mengusung Punk Rock. Wih. Tak siapa pun pernah menduga sambutan publik bakal sebegitu gempita: sixty friggin’ thousand copies, damn! Belum pernah rasanya ada artis Bali sebelum Lolot mampu semenjulang itu menjual album rekaman.

Efek samping luar biasa lainnya adalah sejak saat itu musik berlirik Bali tak lagi dianggap “kampring” terutama oleh publik muda urban. Mendadak saja mendengarkan lagu Bali menjadi sebuah ritual baru yang cool. Dan fenomena kesuksesan Lolot ini instan menginspirasi masyarakat untuk mengekspresikan dirinya. Musik Bali bak terjengkang bangun dari tidurnya. Biduan lawas serta artis karbitan, seniman dan bukan seniman, kecil, besar, tua juga muda, semua tergerak menulis lagu lalu merekamnya di studio kemudian mengedarkannya ke masyarakat luas. Genre musiknya juga beragam. Ada yang membebek Lolot memainkan Punk Rock—Lolot menyebutnya secara khusus sebagai “Bali Rock Alternative”. Ada yang memilih Hip Hop. Ada yang mencoba Reggae. Ada yang mempraktekkan Heavy Metal. Ada yang keukeuh konservatif mendayu-dayu.
Lolot menjadi ikon Musik Bali yang amat unik. Cadas, liar dan apa adanya. Lewat Gumine Mangkin Lolot bertransformasi menjadi idola anak muda baru. Tidak cuma di kalangan orang kebanyakan. Dukungan yang muncul dari kubu underground pun kuat. Benar, jika menilik masa lalunya, Lolot tergolong veteran di skena bawah tanah Denpasar. Sebut saja misalnya keterlibatan dia di awal kemunculan SUPERMAN IS DEAD di mana Lolot merupakan pemain bas paling pertama kala SID masih menggunakan nama Superman’s Silvergun. Lolot juga kerap beraksi di lusinan konser D.I.Y. memainkan Death Metal (!).
Dengan sokongan gigantik dari figur-figur terhormat macam Gus Mantra sebagai manajer, serta musisi berbakat rekan satu band yaitu Lanang, Denny, & Donny; popularitas Lolot meroket duhai tinggi sekali. Tak cuma besar dalam skala lokal. Tapi juga lintas daerah. Lolot riuh dibicarakan utamanya gara-gara kuantitas penjualan albumnya yang ajaib. Sepertinya Lolot adalah satu dari sejuta—atau sepuluh juta?—seniman berbahasa daerah yang sanggup mencapai tingkat keludesan sefenomenal itu.

Album ke berikutnya menyusul kemudian: Bali Rock Alternative (Mei 2004), Meong Garong(Juni 2005), The Best of Lolot (Juli 2006), serta Saling Caplok (Mei 2007). Respons yang didapatkan cenderung beragam. Lucunya sambutan hangat dari masyarakat tendensinya justru terus menurun, mendingin. Pamor mengkilat Lolot pelan tapi pasti makin meredup dari hari ke hari. Sejawat di band-nya pun memisahkan diri, membentuk kelompok lain dengan biduan baru. Pihak manajemen juga melepaskan ikatan profesionalnya. Whew. Dihadapkan pada dinamika sedemikian liar Made Bawa memilih untuk menjauh dari blantika musik. Dia menyepi menghindari publisitas. Segala rumor yang berkembang tidak terlalu ditanggapinya. Lolot memutuskan vakum.

Vakum? Vakum untuk sementara, maksudnya. Sebab Lolot masih bergairah besar menggeluti musik. Selama menjalani proses alienasinya dengan jagat raya Lolot mengurung diri di studionya dan menulis tembang-tembang baru. Musikator mendapatkan kehormatan memperoleh bocoran 2 karyanya—masih versi mentah, tapi lumayanlah buat ngobatin rindu—yang bakal disertakan di album barunya yang direncanakan terbit pertengahan tahun ini. Yang seru, di albumnya nanti Lolot akan juga menyelipkan lagu berlirik Indonesia. Salah satunya bisa didengar/unduh di sini, bertajuk Pesta. Selain itu kami dari Musikator juga menghadiahi Musikatorians sepasang lagu lawas dari Lolot untuk sekadar sentimental journey, Tresna Memaksa dan Bangsat. Yang lain adalah Confrontational Behaviour, saat saya bareng Lolot masih dalam satu kelompok, Emocore Revolver.

SID Bangga Dengan Outsiders Dan Ladyrose

Muda, beda dan berbahaya bagi SID adalah?
Rangkaian kalimat tersebut merepresentasikan energi dan semangat perubahan untuk melawan nilai-nilai lama yang masih dipertahankan kaum mainstream demi eksistensi kepentingan golongan-nya saja.

Bagaimana SID melukiskan Outsiders/LadyRose?
Mereka memiliki 'sesuatu' yang tidak dimiliki fans base band-band lainnya.
Kami percaya hukum semesta dan seleksi alam. Setidaknya, dari jutaan Outsiders/LadyRose pasti akan ada beberapa persen dari mereka yang akan tumbuh menjadi penentu masa depan daerah atau bahkan negara nya. Dan semoga, persepsi positif mereka terhadap SID bisa menjadi referensi dalam mengambil keputusan nantinya.

Tentang suka bersama Outsiders/LadyRose?
Keriangan kami bersifat sejajar, dikala SID berkunjung ke kota mereka, jika memungkinkan kita naik sepeda bersama, kadang membersihkan sampah plastik bersama. Itu benar-benar membuat kami bahagia. Juga disaat kami menemukan beberapa Outsiders/LadyRose yg memiliki kecerdasan dan wawasan luas, kadang kami terpesona dan belajar dari mereka.

Tentang duka bersama Outsiders/LadyRose?
Disaat beberapa dari mereka menghujat band lain dengan membawa-bawa nama Outsiders/LadyRose. Itu sangat memalukan! Juga ada beberapa Outsiders/LadyRose dadakan yang tiba-tiba, juga secara mendadak, menyatakan diri anti terhadap SID setelah tahu kalau SID bukanlah band yang hanya bisa bicara tentang musik.

Menuju pertanyaan global, bagaimana pandangan SID terhadap indie scene di Bali, juga di Indonesia?
Internet sangat berperan dalam memajukan 'scene' indie di dunia, termasuk Indonesia. Dan sudah seharusnya band-band indie makin bisa bersaing seiring dengan kemajuan tehknologi. Dan indikasinya sudah terlihat. Jaman sekarang gak harus kawin cerai lalu masuk infotainment untuk menjadi musisi besar.

 
Juga tentang musik Indonesia secara umum saat ini?
Secara umum sedikit membaik. Munculnya kembali musisi pop berkelas macam Kla Project, Anggun atau yang lebih baru semacam Sandy Sondhoro, Dira Sugandi dll mampu sedikit mengobati iritasi telinga akibat serangan nada arus utama yang itu-itu saja.

Pertanyaan terakhir pernyataan bebas yang ingin disampaikan?
Semoga Indonesia bisa menjadi rumah yang adil serta nyaman dihidupi oleh seluruh warga negara nya.

"Wow, yeah...!" Respek dengan apa yang dikemukakan SID. Muda, beda dan berbahaya dapat diperankan SID dengan baik untuk Indonesia, terutama Outsiders/LadyRose. Jadi bukan hal yang mustahil ketika mereka mampu terdepan hingga mendunia seperti sekarang.

Kenapa Outsiders wanita disebut Lady Rose?

 
SID mendeklarasikan para “Outsiders” wanita dengan sebutan “Lady Rose”.
Ada alasan khusus?

Jrx: Agar wanita dalam dunia punkrock lebih dihargai dan dilindungi. Tidak dianggap sebagai pelengkap saja karena sejatinya peran mereka juga besar. Selain itu juga untuk mengikis image 'machoisme' yang berlebihan dalam punkrock. Kami sudah muak dengan stigma punkrock itu simbol kekerasan/kejantanan. Itu semua omong kosong manusia2 berpikiran sempit. Punkrock tidak mengenal jenis kelamin, ras dan strata sosial. Punkrock ada untuk semua manusia tanpa terkecuali. Miskin kaya tua muda laki perempuan, semua bebas menikmati punkrock.

SID Tak Rela Bali Jadi Sapi Perah

Band rock asal Bali, Superman Is Dead (SID) merasa gerah dengan ketimpangan pembangunan yang kian terjadi di Pulau Dewata hingga saat ini. “Dari kacamata luar seolah Bali itu sumber keindahan dan tak ada penderitaan, padahal banyak ketimpangan di dalamnya yang bikin prihatin,” kata drummer SID, Jerinx, kepada Tempo di sela mengisi acara Voice from the east (Vo
te) di Yogyakarta Sabtu malam, 14 April 2012.

Jerinx mengatakan dengan kemajuan yang telah dicapai sejauh ini, banyak masyarakat lokal Bali yang belum sepenuhnya menikmati kue pembangunan. Malah, kebanyakan masyarakat itu tergusur akibat pembangunan yang dinilai hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu.

“Bali masih seperti sapi perah, nggak hanya karena monopoli dari sentral Jakarta, tapi juga pemodal asing, bahkan mantan koruptor juga bangun hotel di sana. Ya pemiliknya ternyata cuma orang-orang itu saja, masyarakatnya nggak kebagian,” kata Jerinx.

SID belakangan, diakui Jerinx, semakin intens mengikuti isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat, bahkan tak segan ikut turun ke jalan. Satu isu yang dikawal ketat SID yakni rencana pembangunan Bali International Park (BIP) di kawasan Bali selatan yang akan digunakan untuk penyelenggaraan KTT APEC XXI November 2013.

SID sempat turun ke jalan bersama demonstran menolak pembangunan yang dinilai akan semakin membuat Bali selatan kian semrawut dan didominasi bangunan-bangunan modern.

“Sekarang banyak masyarakat lokal ingin mencoba kembali menerapkan nilai filosofi tradisi. Sudah disadari, nilai-nilai itu bisa makin hilang kalau semakin digempur pembangunan modern tanpa henti,” kata dia.

Nilai tradisi yang coba dikembalikan itu misalnya mendirikan bangunan yang tidak boleh melebihi tinggi pohon kelapa. Juga pengembalian konsep penataan desa adat tidak berdasarkan RT/RW.

“Kami tidak mau ada pura-pura yang tergusur lagi. Kami juga ingin tidak gampang diiming-imingi pekerjaan jika ada suatu pembangunan yang bakal merusak cagar budaya,” kata dia.

Cerita dibalik lagu-lagu S.I.D

1. Year Of The Danger
Nuansa : Panic


Isi : tentang masa” kita *SID* masuk ke tahun” bahaya, dimana ada teror Bom di Bali, kekerasan berkeliaran, ketakutan merajal lela tak karuan, rasa tak berdaya kita menghadapi semua itu. Kita harapkan dapat membuka mata hati para manusia untuk mengurangi kebencian satu sama lain, tak ada dendam. Ayo Bersatu Wujudkan Dunia!

2. Bukan Pahlawan
Nuansa : Bersahaja, tempo lagunya sedang. Permainan organ dari sahabat kita Philipus kecil. Melodinya juga simpel tapi bisa dikatakan menusuk ke tulang dan nikmat kalo di dengerin bareng kawan”.

Isi : Mendiskusikan tentang dunia yang berhenti tertawa. Tangis air mata di Indonesia kapan berakhir. Oleh pejabat negara yang korupsi, padahal seharusnya mereka adalah pahlawan kita yang ikut membangkitkan dunia. Lalu adanya perang padahal cuma selisih pendapat yg bisa di musyawarahkan lagi. Mari untuk mengobatinya kita semua serentak bersama tak ada beda yang atas dan bawah sejalur untuk mewujudkan kedamaian.

3. Black Market Love
Nuansa : Cepat, menghentak, tapi melodi msih menyentuh. Semuanya bisa bangkit. Pengaruh The Living End dan The Beatles sangat terasa di lagu ini. Very sing-along. indah dan berani, bukan berani mati, tapi berani nyanyi.

Isi : udah jelas, makna nya sama seperti judul lagunya. Broken Heart yang diungkapkan dengan bass drum yang menghentak. SID tak kan menangis Cuma gara” 1000 patah hati.

4. Marah Bumi
Nuansa : Cepat. Di sinilah lagu di balut nada biola sedih atas ulah manusia.

Isi : Lagu kemarahan kita terhadap manusia-manusia sombong yang bisanya hanya merusak dan menguras isi bumi tanpa mau memikirkan efek ke depannya. Ya, lagu ini buat Amerika yang sampai sekarang tidak mau menandatangani protokol Kyoto, buat kalian yang suka membuang sampah plastik sembarangan dan buat kalian yang suka menyebarkan permusuhan hingga bumi ini menjadi tempat yang tidak indah lagi. Kita coba mengingatkan kalau saat ini bumi sedang menangis melihat tingkah laku kita semua yang sok paling hebat. Dan saat bumi pertiwi marah, kita semua akan mati. Semua bencana alam yang terjadi akhir-akhir ini. Pikirkan itu.

5. Citra O.D
Nuansa : Keras banget teriakkannya. Yang menggabungkan liriknya Indonesia dan Inggris. Dan dibantu Prima [ dari band political Geeks Smile] di sektor vokal. Melodinya menyentuh menemani loncatan nada”.

Isi : Menceritakan tentang sifat konsumtif manusia yang makin menjadi-jadi atas nama modernisasi dan popularitas. Begitu banyak remaja kita yang terbutakan oleh media, sinetron, reality show dan sensasi murahan para selebriti kampungan. Semua harus mahal, kulit harus putih, pacar harus anak pejabat and all that superficial stuff. Hari ini pencitraan adalah segala- galanya, uang dan tampilan fisik selalu dianggap raja. Kita melawan semua itu. Titik!

6. Strong Enough
Nuansa : Musiknya lurus, tebal maknanya. Di liat sih berkarakter dewasa.

Isi : Menceritakan keadaan band yang tetap berdiri menantang arah sampai detik ini walau pernah melalui masa” sulit. Difitnah, diludahi, dipukuli, diremehkan. SID tetap masih ada dan akan tetap setia bermain musik untuk menyebarkan harapan dan cinta serta kesenangan dari sebuah kesengsaraan. Hentikan permusuhan dan mulailah menabung karma yang lebih baik.

7. Psycho Fake
Nuansa : sangat cepat

Isi : menjurus pada anak muda yang berpenampilan sok psycho dan mempunyai masalah kejiwaan gag lebih dari sekedar aksi menarik perhatian. Rockstar – rockstar palsu, jaket-celana kulit, boots besi, anting di wajah, rantai dimana-mana, rambut gaya yg diwarnai supaya terlihat funky.

8. Bangkit dan Percaya
Nuansa : sentimentil tentang rasa kehilangan dan kemarahan. Denting piano dan biola menambah suasana murung mencekat agar menusuk mengerti keadaan. Tempo lagu cepat.

Isi : Jeritan hati kecil. Khusus untuk korban Bom di Indonesia dan sahabat – sahabat yang lebih dulu meninggalkan kita. Tapi tak cengeng untuk dipikirkan terus menerus. Sepenggal lirik “ Amarah yg tak tertahan, kematian langit pun hitam, atas nama cinta dan harapan yg mendalam, ku kan bangkit dan percaya!” Dalam lagu ini mengajak untuk bangkit berusaha dan bisa walau mereka tak ada.

9. Anger Inc.
Nuansa : rockability. Marah. [ eka.rock pertama kali nanyi di SID ]

Isi : Kemarahan dalam mempertanyakan apa itu kebenaran. Apakah suara terbanyak itu selalu yang paling benar? Kalau begitu, kebenaran hanyalah jumlah nominal yang bisa diatur-atur. Kalo ada beberapa preman pakai tato, apakah kita otomatis menjadi seorang preman jika kita juga punya tato?

10. Goodbey Whiskey
Nuansa : rock tapi santai. Kalo ndengerin seakan ada di Texas .Hhahgztz.
Country / Koboy

Isi : Balada riang bertemakan seorang alkoholik yang harus berhenti menenggak whiskey karena ia gak ingin cepat mati. Hmm?...ironis. Yah, karena alkohol barang yang tak layak dikonsumsi untuk kesenangan.Tersirat kepedihan mendalam juga karena terpaksa melepas alkohol dari tubuhnya. Curian melodi rockability nakal mengajak membayangkan perpisahan yang gagah untuk sesuatu yang membawa lebih baik. Bukan begitu kawan? Hahahagh

11. Menginjak Neraka
Nuansa : Punkrock gag bisa di ukur dari jenis musik. Punk rock adalah kejujuran dan keberanian untuk melawan arus. Lagunya membawa kita agar takut akan neraka. Terseliip nada – nada Spanyol dengan beat Tango, tiupan maut beracun, tarian akordion dari jemari Philipus. Menakutkan. Tapi tiba” dibanting petikan gitar dan vocal.

Isi : Menceritakan tentang dosa, malaikat yang selalu mencatat perbuatan kita, permohonan maaf pada Tuhan.

12. Kita VS Mereka
Nuansa : Kebebasan. Lagu simpel model Punk th.77an

Isi : Hancurkan kesedihan, kita bersama Lawan dunia. Kejadian kaum yang ditekan di seluruh Indonesia. Bersimpati dan selalu mencoba di pihak orang – orang yang di jajah. Bukankah dunia ini akan lebih baik jika kita bisa hidup saling jaga walaupun kita berbeda beda. Setiap manusia kan berhak untuk hidup dengan cita-citanya sendiri. Selama kita tidak merugikan orang lain, apa salahnya untuk mencoba menjadi diri sendiri. Jika ingin menjadi manusia yang lebih baik, jangan orang lain yang malah diatur-atur.

13. Lady Rose
Nuansa : melodic. Santai. Gesekan slide guitar. Iringan old-skool organ

Isi : Because every thugs needs a lady. Hanya orang bodoh yang bilang kalo punk rock gag boleh nulis lagu tentang cinta. Lupakan lirik cinta tipikal Indonesia yang manja dan sok ganteng. Lagu ini ditulis dengan darah dan keringat. Maskulin. Penghargaan tertinggi untuk malaikat yang menyelamatkan seorang tentara mawar hitam dari drugs dan kehancuran.
“You’re the heart of the crown and the blood all of my lifetime. You are my lady rose?”

14. Tomorrow
Nuansa : Tegang dan sedikit horor sih. Karena , itulah perasaan kita yang sebenarnya terhadap dunia ini. Kita cemas dan menginginkan suatu perubahan.

Isi : Harapan buat perdamaian dan dunia yang lebih baik. Mengharapkan jika seluruh pemimpin negara meletakkan mahkotanya dan saling berjabat tangan untuk satu tujuan. Menghentikan perang, lupakan dendam, lupakan sifat megalomaniac, lupakan kepentingan dan perbedaan. Kita semua satu. Dan kita percaya kalau tidak ada manusia yang tidak memimpikan hari esok yang lebih baik. Mencoba menyelamatkan dunia dengan cara yang kita bisa.